News

Kisah Kontraktor yang Bantir Setir Tanam Melon Selama Pandemi

Kisah Kontraktor yang Bantir Setir Tanam Melon Selama Pandemi
Syarifuddin sedang memetik melon di Peukan Bada, Aceh Besar. Dia sebelumnya seorang kontraktor, selama pandemi Covid-19 bantir stir menjadi petani melon.

– Pagebluk Covid-19 melanda Indonesia telah menghancurkan berbagai sektor, baik itu bidang kesehatan, pertanian, perkebunan dan sejumlah sendi kehidupan lainnya.

Hal ini dirasakan seorang kontraktor di Aceh, Syarifuddin (55) terpaksa harus banding stir selama pagebluk Covid-19.

Sebelumnya dia sebagai kontraktor, kini harus berpikir keras untuk bertahan dengan cara beralih menanam melon.

Beralih menjadi petani melon bukan tanpa alasan kuat. Syarifuddin sebenarnya memiliki disiplin ilmu di bidang pertanian dan selama menjadi pengusaha kontraktor dia sudah mulai menanam melon, tetapi tidak seluas saat ini setelah usahanya dihantam pagebluk Covid-19.

“Selama pandemi cukup berpengaruh terhadap ekonomi, saya dulu bekerja dunia kontraktor, sekarang saya beralih ke pertanian, karena disiplin ilmu saya adalah pertanian,” kata Syarifuddin, Jumat (4/12/2020) dikutip dari SariAgri.

Berbekal pengalaman dan disiplin ilmu yang dimiliki. Syarifuddin bersama 20 karyawannya mulai menguji keberuntungan menjadi petani melon. Selama menjadi kontraktor, dia memang pernah menanam tanaman jenis buah-buahan itu, tetapi hanya paling luas satu haktare.

Setelah usahanya kontraktornya dihantam pagebluk Covid-19. Syarifuddin kemudian memberanikan diri focus menjadi petani melon. Tak tangung-tanggung, dia langsung menanam melon seluas 5 hektare secara bertahap sejak 4 bulan lalu.

Usaha nekatnya kini sudah berbuah hasil. Setiap sekali panen kurun waktu 10 sampai 15 hari mampu memproduksi melon 1000 sampai 2000 batang dengan jumlah berat sebanyak 20 ton.

Keuntungan bersih pun yang didapatkan Syarifuddin per bulan bisa mencapai Rp 25 juta. Bahkan juga dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang dengan gaji berpariasi, ada yang digaji bulanan sebesar Rp 2,5 juta, sebagian lagi pekerja lepas harian dan borongan.

Untuk pemasaran, Syarifuddin lebih mengandalkan media social dan melalui panggilan telepon. Bagi yang ingin membeli melon, dapat mendatangi langsung ke kebun yang berada di Desa Lamteh, Jalan Ujong Pancu, Kecamatan Pekan Bada, Kabupaten Aceh besar.

Bagi pelanggan diperbolehkan memilih dan memetik langsung dari kebunnya. Bahkan pembeli diperbolehkan menikmati langsung melon dari kebun setelah dipetik sendiri.

Katanya, harga yang dibandrol pun cukup ekonomis dan terjangkau kelas ekonomi menengah ke bawah. Harganya antara Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per kilogram. Selain itu kelebihannya buah yang dikonsumsi itu juga masih segar, karena dipetik langsung dari pokoknya.

“Bagi pembeli melon di sini kita berikan kebebasan, bisa petik sendiri dan makan di sini, boleh juga dibawa pulang setelah petik sendiri,” jelasnya.

Keberadaan kebun melon yang dapat memetik langsung di kebun, sebutnya, bagian dari mendukung program pemerintah dalam memutuskan mata rantai pagebluk Covid-19. Dengan memakan buah segar, tentunya dapat meningkatkan imunitas tubuh yang sangat dibutuhkan melawan virus corona.

Ia pun berharap kepada generasi muda agar lebih kreatif selama pandemi. Masyarakat tidak boleh berhenti berinovasi, kendati wabah penyakit yang tak tampak itu masih mewabah di nusantara ini. Ada banyak peluang yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan perbaikan ekonomi setelah dihantam virus yang berbahaya itu.[]

Shares: