EkonomiNews

Saatnya tentukan pilihan investasi

Salah satu akun sekuritas di pasar modal. Foto: Muhammad Fadhil/popularitas.com

POPULARITAS.COM – Dalam perhitungan tahun baru Imlek atau penanggalan Chinese Year, saat ini kita mulai memasuki Tahun Naga.

Sebagian investor kini mungkin sedang bersiap-siap menyusun portofolio investasi untuk mengalokasikan dana jangka panjang untuk kebutuhan mereka di masa depan.

Seperti yang kita pelajari dalam teori investasi, semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi dalam jangka panjang, semakin besar pula nilai uang yang harus dipersiapkan karena ada faktor inflasi setiap tahun.

Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Aceh, Thasrif Murhadi mengungkapkan, sebelum memulai investasi, terlebih dahulu kita harus memahami tujuan dari investasi yang dilakukan.

“Setiap orang memiliki tujuan investasi yang berbeda-beda dan nantinya akan menentukan jenis-jenis investasi yang akan dipilih,” ujarnya kepada popularitas.com, Senin (12/2/2024).

Ia menjelaskan, secara umum ada tiga tujuan utama dalam berinvestasi, yaitu mendapatkan keamanan dana yang kita investasikan dalam jangka panjang, mendapatkan hasil investasi, dan memperoleh keuntungan dari modal yang ditanamkan.

“Tidak ada investor yang mau mengalami kerugian sehingga faktor keamanan menjadi sangat penting dalam memilih jenis investasi,” katanya.

“Untuk itu, jangan sampai kita terjebak pada investasi bodong yang menawarkan iming-iming hasil investasi atau return yang tinggi,” sambung Thasrif.

Selain itu, kita juga perlu mempelajari pengelola investasi atau pihak yang menawarkan investasi. Ada baiknya kita berinvestasi pada instrumen pasar modal yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Ada banyak produk investasi di pasar modal, mulai dari produk yang memiliki risiko investasi paling rendah hingga risiko yang paling tinggi. Beberapa produk investasi tersebut terdiri dari, surat utang negara, reksa dana, saham, dan produk-produk derivatif,” ungkapnya.

Berbagai produk pasar modal itu diperdagangkan secara transparan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui perusahaan efek dan manajer investasi yang diawasi OJK.

Besaran hasil investasi yang diharapkan turut menentukan pilihan investasi kita. Biasanya, hasil investasi ini berkaitan dengan jangka waktu investasi yang diharapkan.

“Ibarat menanam jagung yang hanya butuh waktu tiga bulan untuk bisa panen dibandingkan dengan menanam kelapa sawit yang membutuhkan waktu lima tahun untuk menikmati hasil panen buahnya,” terangnya.

Jika dibandingkan, lanjut dia, maka hasil panen kelapa sawit tentu jauh lebih besar dibandingkan hasil panen jagung jika ditanam di luas area yang sama.

Oleh karena itu, semakin pendek jangka waktu investasi, maka semakin kecil kemungkinan return yang diperoleh, karena investor harus memilih produk-produk yang risiko investasinya lebih rendah.

“Sebaliknya, jika jangka waktu investasi masih panjang, maka peluang untuk mendapatkan return investasi yang besar akan semakin besar pula,” kata Thasrif lagi.

“Berikutnya adalah pertumbuhan dari modal yang dialokasikan oleh investor ke produk-produk investasi,” ucapnya.

Sebetulnya hampir sama dengan hasil investasi, jika investor ingin modalnya bertumbuh dengan besar, maka dia bisa memilih untuk berinvestasi langsung untuk membangun bisnis.

Hanya saja yang perlu kita perhatikan adalah risikonya. Dengan membangun bisnis mungkin kita akan menghasilkan return yang berlipat ganda dari modal yang ditanam,

“Misalnya seperti membuat usaha butik pakaian, atau membangun brand kosmetik sendiri karena terpukau oleh kesuksesan para influencer di sosial media,” sebutnya.

Akan tetapi, terdapat risiko bisnis yang harus dihadapi jika kita tidak cukup menguasai bisnis tersebut. Oleh karena itu, jika kita tidak mengusasai investasi langsung, kita bisa memilih investasi portofolio di pasar modal.

“Cukup dengan membeli saham perusahaan atau surat utang korporasi (obligasi), artinya, kita tidak perlu menjadi pengelola namun cukup menjadi pemegang saham atau pemberi pinjaman dalam bentuk surat utang,” papar dia.

“Akan tetapi, tetap saja ada risiko investasi yang harus dihadapi dan harus dipelajari terlebih dahulu. Meskipun begitu, risiko yang dirasakan tentunya akan lebih rendah dibandingkan dengan risiko dari membangun bisnis sendiri,” lanjutnya.

Jika kita juga belum memiliki waktu untuk mempelajari risiko investasi dari saham dan surat utang, berarti kita harus siap dengan pertumbuhan modal yang lebih terbatas.

Misalnya, dengan membeli reksa dana, menanamkan dana di koin emas, berinvestasi emas online, dan berinvestasi pada produk lain yang lebih mudah dipahami.

“Oleh sebab itu, ingatlah prinsip dalam berinvestasi “high risk, high return, low risk, low return”. Jadi jangan coba-coba untuk berinvestasi pada produk portofolio investasi tanpa mempelajari risikonya,” pungkas Thasrif.

Shares: