EditorialHeadline

Selamat hari guru

Selamat hari guru
Ilustrasi - Seorang guru memberikan pelajaran saat proses belajar mengajar di salah satu rumah siswa. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp)

POPULARITAS.COM – Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, tentu kita semua masih ingat lagu yang populer tentang sosok guru. Kira-kiranya liriknya seperti ini,

Terima kasihku ku ucapkan
pada guruku yang tulus
Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
untuk bekalku nanti

Setiap hari ku dibimbingnya
Agar tumbuhlah bakatku
Kan ku ingat selalu nasehat guruku
Terima kasihku guruku
Huu.. Huu…

Setiap hari ku dibimbingnya
Agar tumbuhlah bakatku
Kan ku ingat selalu nasehat guruku
Terima kasihku guruku
Huu…uuu..

Terima kasihku guruku

Lagu tersebut, diciptakan oleh Sri Widodo yang kemudian dipopulerkan AT Mahmud.

Sebagai generasi yang lahir era 98, tentu lagi itu begitu membekas bagi kita. Saban hari tayang di TVRI, hingga kita dengan muda menghafal liriknya.

Tentu, kita banyak kenangan tentang guru, baik itu memori sosok guru baik hati, pintar dan juga tentang guru yang suka memarahi dan memukul murid-muridnya.

Pukulan yang kita rasakan saat menjadi pelajar, tidak pernah kita anggap sebagai bentuk penganiayaan, namun justru membuat kita lebih displin dan belajar lebih baik untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.

Namun kini, tahun 2023, hari guru kembali diperingati. Tapi, betapa banyak catatan guru-guru yang dilaporkan oleh orangtua murid karna memukul anaknya, berapa banyak murid-murid yang memukul gurunya dan videonya viral di platform media sosial. Seperti itulah gambaran kondisi pendidikan di Indonesia hari ini. 

Gambaran itu bukan soal semakin buruknya sistem pembelajaran dan kesejahteraan guru, tapi, ini soal etika dan adab yang makin luntur. Penghormatan terhadap guru semakin menurun.

Setiap hariku dibimbingnya, salah satu penggalan lirik lagu diatas, memperlihatkan betapa sosok guru merupakan panutan. Sebagai manusia, mereka dihadapkan pada pilihan-pilihan selain mengajar dan membesarkan anak-anak mereka sendiri, tapi profesi mengharus mereka juga membimbing anak-anak orang lain.

Sebagai orangtua, banyak diantara kita tidak lebih sabar dibandingkan sosok guru. Kadang, justru kita meminta guru anak-anak kita untuk mengajarkan adab dan perilaku, hal yang sebenarnya jadi tanggungjawab kita sebagai ayah dan ibu mereka.

Begitulah nasib guru saat ini, hinaan dan cacian dan sumpah serapah kerap kita alamatkan kepada mereka. Kita selalu menuding guru yang salah saat mendapatkan anak-anak kita berkelahi disekolah.

Seperti itulah nasib guru, beban sebagai orangtua dirumah, ditambah beban pekerjaan mendidik anak-anak disekolah, menambah tingkat stres seorang guru makin memuncak.

Belum lagi kita bicara soal kesejahteraan. Saat ini, masih banyak guru-guru disekolah-sekolah tertentu statusnya hanya sebagai tenaga honor, tenaga bakti yang upahnya jauh dari harapan, bahkan hanya cukup membeli beras 3 karung satu bulan.

Lantas, apa mereka mengeluh, banyak yang lebih memilih bertahan, Menjadi guru bukan semata pekerjaan, jauh lebih dari itu, guru adalah soal panggilan hati dan jiwa Selamat hari guru, jasamu tiada tara. (***EDITORIAL)

Shares: