POPULARITAS.COM – Kamis (29/6/2023), seluruh penduduk muslim dunia rayakan idul adha 10 Zulhijah 1444 hijriyah. Momentum itu, jadi pengingat kita kembali tentang keutamaan ibadah qurban dan kisah yang Allah ceritakan dalam Alquran perihal keteladanan nabi Allah Ibrahim AS dan Ismail AS dalam saat menerima wahyu.
Penting kita renungi bersama, idul adha atau hari raya kurban, semestinya tidak kita sambut dan rayakan dengan penuh suka cita semata. Namun lebih daripada itu, harus jadi momentum dan refleksi diri agar setiap muslim jadi hamba-Nya lebih lebih baik lagi kedepannya.
Peristiwa keluarga nabi Ibrahim AS yang Allah ceritakan kembali dalam Alquran, adalah iktibar tentang keteguhan, keikhlasan serta kerelaan yang luar biasa tentang semangat antikorupsi dan tidak berperilaku koruptif.
Semangat dan kerelaan dan keikhlasan keluarga Ibrahim AS inilah yang semestinya kita lestarikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, guna terhindar dari praktek korupsi.
Kisah keluarga Nabi Ibrahim AS, tidak hanya mengajarkan nilai religi tentang keesaan Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa. Namun, idul adha sarat dengan keteladan yang dapat di petik bagi segenap umat manusia.
Bagi saya, esensi penting dan makna idul adha yang dapat di gali dari sejarah dan kisa keluarga Ibrahim AS, yakni semangat antikorupsi semasa hidup hingga akhir hayatnya.
Sedikit saya ceritakan kembali sejarah keluarga Nabi Ibrahim AS, dimana kisah menakjubkan keluarga sederhana ANTIKORUPSI ini, saya dengar dari Ibu saat meninabobokan kami anak-anaknya sewaktu kecil dalam gubuk yang menjadi istana indah kami, di pelosok Selatan Sumatera.
Masih kuat melekat di ingatan saya, perjalanan keluarga kecil Ibrahim AS, yang senantiasa memegang teguh kejujuran, sekalipun mereka berada di masa-masa sulit, salahsatunya saat turun perintah Allah SWT yang memerintahkan Ibrahim menyembelih Ismail sang buah hati.
Bisa saja Nabi Ibrahim AS dan sang istri Siti Hajar beserta bujang kesayangan mereka yakni Ismail AS, mengkorupsi perintah Allah SWT mengingat tidak ada 1 pun manusia (kecuali iblis dan setan) yang mengetahui hal ini.
Apalagi, iblis dan setan yang terkutuk, mengeluarkan seluruh kemampuan mereka untuk menggoda Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail AS agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT kala itu.
Subhannallah… Nabi Ibrahim AS tidak bergeming sedikitpun dan tetap teguh dengan akidahnya menjalankan perintah Allah SWT.
Bujuk rayu iblis dan setan yang terkutuk agar Nabi Ibrahim AS mengingkari perintah Allah SWT, dijawab keras olehnya dengan melempari kedua makhluk kekal neraka tersebut dengan batu sebanyak 7 kali di sekitar Jumrah Aqabah.
Iblis dan setan yang belum menyerah, lantas mencoba merayu Siti Hajar, isteri Nabi Ibrahim AS, agar membujuk suaminya untuk tidak menyembelih putera kesayangan mereka, Ismail AS.
Iblis dan setan lantas memprovokasi Siti Hajar, dengan membisikkan bahwa perintah Allah SWT tersebut adalah kekejian luar biasa, dimana menyembelih Ismail sama artinya membunuh anak kesayangan yang cukup lama mereka nanti-nantikan.
Bukannya terhasut dengan ‘hate speech’ yang dilontarkan iblis dan setan, Siti Hajar malah menghujani kedua mahluk terkutuk tersebut dengan batu sebanyak tujuh kali di Jumrah Wustha.
Belum juga menyerah, iblis dan setan kemudian melakukan upaya terakhir dengan membujuk Ismail AS, agar menolak dikorbankan ayahnya dengan cara disembelih. Setali tiga uang dengan ayah dan ibunya, Ismail AS melempati penghuni jahanam dengan batu sebanyak tujuh kali di Jumrah Ula.
Keyakinan, keteguhan dan kerelaan luar biasa keluarga Nabi Ibrahim AS dijawab Allah SWT, dimana pisau untuk menyembelih Ismail AS mendadak tumpul, meski Nabi Ibrahim AS berulangkali di asah pisau untuk menjagal anaknya.
Kisah ibrahim menyembelih Ismail lalu diganti berkurban seekor hewan sembelihan, seperti termakjub dalam surat Ash-Shaffat Ayat 107:
‘وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ wa fadaināhu biżib-ḥin ‘aẓīm
yang artinya : “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
Kisah hidup-kehidupan lkeluarga Nabi Ibrahim AS, tentunya mengajarkan kita tentang arti dari sebuah tekad , keteguhan, keyakinan, keikhlasan serta kerelaan luar biasa, yang sejatinya dimiliki oleh setiap umat manusia.
Hal inilah yang dapat menangkal semua bujuk rayu iblis beserta setan yang terkutuk, yang hingga akhir zaman nanti akan terus menggoda dan menghilangkan sisi-sisi kemanusiaan untuk membangkitkan nafsu binatang seluruh keturunan Adam dan Hawa, agar berperilaku layaknya se-ekor tikus yang rakus, tamak sehingga senantiasa merasa kurang dan tidak pernah cukup dengan apa yang dimiliki atau diperolehnya.
Jelas, tauladan yang diberikan keluarga Nabi Ibrahim AS dan keutamaan Idul Adha, adalah momentum baik bagi kebangkitan umat untuk melawan rasa tamak dan perilaku koruptif, yang seyogianya kita mulai dari diri sendiri.
Dalam kacamata penanganan korupsi, tauladan kisah keluarga Nabi Ibrahim AS ditambah trisula strategi pemberantasan korupsi KPK yaitu pendekatan pendidikan masyarakat untuk membentuk mindset dan culture set baru anti korupsi, pendekatan pencegahan yang tujuan utamanya menghilangkan kesempatan dan peluang untuk korupsi, dan pendekatan penindakan di mana ketiganya adalah core business KPK dalam pemberantasan korupsi serta dilaksanakan secara holistik, integral sistemik, dan sustainable, adalah resep yang pas untuk mengentaskan kejahatan korupsi di bumi pertiwi.
Apalagi melihat tingginya animo serta dukungan segenap komponen bangsa kepada KPK, kami yakin, Insya Allah menjadi solusi terbaik agar Indonesia cepat terlepas dari laten korupsi yang menggurita di negeri ini.
Jangan lupa, korupsi bukan hanya kejahatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara, tapi juga termasuk kejahatan kemanusiaan dunia karena telah masuk sampai fase berjejaring, dimana dampak destruktifnya pada setiap tatanan kehidupan umat manusia, dapat meluluh lantakkan peradaban manusia. Harus diakui, kejahatan sangat hebat karena dapat dilakukan secara sistimatik, terstruktur dengan dampak sistemik.
Dari penelitian dan data empiris menyebutkan korupsi terbukti dapat menciptakan fantasi, mendorong kreativitas calon-calon koruptor untuk beradaptasi, berinovasi, dan memodifikasi modus-modus baru kejahatan korupsi, agar tidak terungkap apalagi tertangkap saat mereka beraksi.
Kita sebagai bagian dari umat manusia, seyogianya senantiasa waspada, mawas diri, saling mengingatkan serta menguatkan satu dengan lainnya, agar tidak tergoda apalagi larut dan tenggelam ke dalam surga fatamorgana korupsi yang dihembuskan saitan terkutuk. Ingat, dosa korupsi dunia-akhirat, bukan hanya bagi pelakunya, namun bagi siapa saja yang ikut turut serta menjadi bagian atau makan uang kejahatan korupsi.
Ibadah kurban seyogianya menjadi momentum bagi kita untuk menjagal sifat-sifat binatang yang sejatinya ada dalam diri kita.
Terakhir saya ingatkan kepada seluruh umat, bahwasanya bukan penyembelihan hewan kurban kambing, sapi atau domba yang menjadi esensi dari perayaan Idul Adha, Hari Raya Kurban.
Keteguhan dan keikhlasan serta kerelaan luar biasa untuk tidak korupsi dan berperilaku koruptif seperti yang di contohkan keluarga ANTIKORUPSI Nabi Ibrahim AS, sejatinya adalah keutamaan Idul Adha yang seyogianya kita lestarikan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh Firli Bahuri
Penulis adalah Ketua KPK RI