News

3.125 Anak Aceh Derita Gizi Buruk

Kasus gizi buruk di Simelue 12 anak
Ilustrasi | lagizi.com

BANDA ACEH (popularitas.com) – Jumlah penderita gizi buruk di Aceh kian meningkat. Namun, pihak Dinas Kesehatan menampik angka 3.125 jiwa penderita gizi buruk di Aceh masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Aceh diketahui terdapat 3.125 anak Aceh menderita gizi buruk hingga 26 Februari 2019. Selain itu, terdapat 12 ribu balita di Aceh bergizi kurang dan 29 ribu anak menderita stunting.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Aceh, dr Evi Safrida, di Banda Aceh, Selasa, 12 Maret 2019, mengatakan, ada indikator yang ditetapkan Kementerian Kesehatan untuk mengukur seorang balita mengalami gizi buruk. “Menambahkan berat badan dengan tinggi badan,” katanya.

Jika merujuk indikator tersebut, Evi menyebutkan, bakal banyak jumlah penderita gizi buruk yang ditemukan di Aceh.

Di sisi lain, Evi mengatakan ada tiga fenomena penyebab tingginya angka penderita gizi buruk di lingkungan masyarakat. Pertama, berhubungan dengan pola asuh pada saat bayi lahir hingga usia enam bulan.

Seharusnya, kata Evi, balita pada usia tersebut hanya diberikan ASI eksklusif saja. Namun, sebagian masyarakat justru memiliki kebiasaan untuk memberikan makanan terlalu dini. Hal ini membuat porsi ASI yang diterima bayi tersebut menjadi berkurang.

“Pemberian ASI eksklusif saja dipastikan mencukupi, kecuali ada indikasi-indikasi lainnya,” kata Evi.

Fenomena selanjutnya adalah kesehatan lingkungan di sekitar tempat tinggal, seperti sampah, sanitasi air, jamban yang tidak sehat. Saat ini bahkan ada keluarga yang tidak memiliki jamban sehingga mereka buang air besar sembarangan. “Itu masih menjadi fenomena yang negatif, ya. Terutama di daerah pedalaman.”

Selanjutnya adalah pemberian makanan yang terlalu dini dan tak jarang memicu turunnya berat badan secara drastis. Fenomena ini biasanya terjadi pada bayi usia enam bulan.

“Jadi begitu anak lepas dari ASI eksklusif kemudian digantikan dengan pemberian makanan pendamping ASI, nah di sini grafiknya akan turun karena tidak mencukupi makanan si anak,” kata Evi.

“Gizi buruk biasanya dapat diintervensi dengan pemberian makanan, baik itu makanan pokok maupun makanan tambahan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan,” kata Evi lagi.

4 Kabupaten Dominan

Kepala Dinkes Aceh dr Evi Safrida mengatakan ada empat kabupaten dominan di Aceh yang terkena gizi buruk. Keempat kabupaten tersebut adalah Aceh Timur, Pidie, Aceh Tengah dan Aceh Utara.

“Sebenarnya itu menyebar ya, tetapi yang paling banyak di empat kabupaten itu,” kata Evi lagi.

Meskipun terdapat 3.125 jiwa balita yang menderita gizi buruk, tetapi Evi menampik kasus tersebut masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Pasalnya dia beralasan pihak Dinkes Aceh belum memverifikasi data yang diterima tersebut.

“Bisa saja kesalahan pengukuran waktu anak ditimbang tidak pada posisi yang sebenarnya. Kemudian bisa saja timbangan yang digunakan tidak dikalibrasi,” kata Evi.

Dia mengatakan inilah yang membuat Dinkes Aceh belum memverifikasi secara intens data gizi buruk tersebut. Meskipun demikian, dia menyebutkan kewaspadaan terhadap gizi buruk melanda Aceh merupakan sinyal positif bagi pemangku kebijakan.

“Ini sinyal positif ya, memang harus dilakukan intervensi, tapi kalau kita belum bisa menyampaikan bahwa gizi buruk di Aceh kritis,” kata Evi lagi.

Sebab, menurut Evi, kategori kritis itu angkanya berkisar antara 2 hingga minus 5 persen dari jumlah balita. Apalagi menurutnya jumlah penderita gizi buruk saat ini hanya mencapai 2,6 persen dari total balita yang ada di Aceh.

“Jumlah penduduk kita adalah 5 juta jiwa, maka 13 persennya balita atau sekitar 526 ribu balita,” katanya. (C-001)

Shares: