HeadlineNews

Direktur RSUZA  Tantang Warga yang Tidak  Percaya Covid-19

Direktur RSUZA  Tantang Warga yang Tidak  Percaya Covid-19
Direktur RSUZA, Banda Aceh, dr Azharuddin

BANDA ACEH (popularitas.com) – Direktur Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Dr.dr. Azharuddin dan Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin menantang warga yang ragu dan menganggap Covid-19 hanya konspirasi yang diciptakan untuk mengambil keuntungan belaka.

Hal tersebut sama-sama disampaikan dalam sambutannya pada penandatangan MoU RSUDZA dengan Kyriad Muraya Hotel Aceh di Banda Aceh, Selasa, 21 Juli 2020.

“Kalau ada yang meragukan Covid-19, coba bersama saya satu hari. Coba 15 menit saja di dalam ruangan pemeriksaan kami, kalau memang dia ragukan Covid-19, kalau ada yang menantang, ini kan anekdot yang saya bilang, tetapi bisa kita lakukan, tetapi mungkin ada aturan yang tidak boleh,” kata Azharuddin.

Azharuddin mengaku prihatin terkait kondisi perebutan jenazah Covid-19 beberapa waktu lalu. Secara tak langsung, keluarga pasien menganggap Covid-19 itu hanya hayalan. Ia berharap hal ini tak terulang lagi.

“Pasti dibilang gini, orang tua kami sakit jantung, kemudian stroke, masak dokter bilang meninggal karena Covid-19. Padahal tidak sadar anaknya yang sehat yang bawa virus,” ujar Azharuddin.

Di sisi lain, katanya, banyak masyarakat juga yang ragu terhadap hasil tes Covid-19 di RSUZA, karena hasilnya sudah bisa diketahui setelah 45 menit. Dalam pemahaman masyarakat, tes Covid-19 memakan waktu 2 hari.

“RSUZA sekarang punya alat paling canggih untuk kita lakukan semacam real time PCR, kita bisa melakukan dalam 45 menit dan akurasinya 100 persen, nggak usaha menunggu 2 hari. Tetapi masyarakat tidak percaya,” pungkasnya.

Sementara Wakil Wali Kota Banda Aceh, Zainal Arifin sepakat tantangan yang ditawarkan Direktur RSUDZA Azharuddin. Menurutnya, hal-hal seperti itu perlu dilakukan untuk menyakinkan masyarakat agar mereka patuh pada protokol kesehatan.

“Tentunya harus ditempuh prosedur hukum, jangan sampai nanti Pak Azharuddin yang diproses, kalau nggak yakin saya pikir perlu, tentunya dengan prosedur hukum yang jelas, mereka harus buat surat pernyataan yang jelas, sehingga nantinya tidak menuntut pihak medis,” ujarnya.

Kata Zainal, selama pandemi Covid-19, banyak warga yang nongkrong di warung kopi berubah profesi seolah-olah menjadi tenaga medis, bahkan penceramah. Argumen-argumen mereka di warung kopi cukup memengaruhi warga lainnya untuk sama-sama tak menerapkan protokol kesehatan.

“Sekarang di cafe-cafe itu orang yang tidak berhak ngomong kesehatan, dia ngomong kesehatan. Orang yang tidak berhak ngomong agama, dia ngomong agama, sehingga pesantren sudah berpindah ke cafe, demikian juga fakultas kesehatan,” jelas Zainal. [acl]

Reporter: Muhammad Fadhil

Shares: