EkonomiNews

Pemerintah Aceh Jamin Stabilitas Harga Pangan di Masa Pandemi

ilustrasi, Pedang rempah-rempah di Pasar Tradisional Lueng Putu. (popularitas/Nurzahri)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Kepala Dinas Pangan Aceh Cut Yusminar mengatakan pihaknya terus melakukan pemantauan sekaligus menjamin stabilitas harga komoditas pangan di wilayah Provinsi Aceh dalam menghadapi masa pandemi COVID-19.

“Jadi untuk komoditas pangan kami tetap memonitor, selain ketersediaan bahan pangan di Aceh, juga harga harus terjangkau oleh masyarakat Aceh,” kata Cut, di Banda Aceh, Selasa, 23 Juni 2020.

Dia menjelaskan, untuk produksi komoditas padi Aceh terjadi surplus. Bahkan, padi Aceh juga kerap diekspor ke Kota Medan Sumatera Utara, sehingga stok padi di Aceh hingga Oktober mendatang diperkirakan tidak menjadi masalah apapun.

“Kalau padi aman, Alhamdulillah, malah padi kita banyak dibawa ke Medan. Komoditas yang aman lain cabai, malah yang sayang petani, harganya sangat murah,” katanya.

Komoditas pangan Aceh yang harganya terjadi fluktuasi seperti telur, bawang merah dan gula pasir. Bahkan, kata dia, stoknya pun sangat terbatas, sehingga pemerintah harus impor dari luar Aceh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Misalnya seperti harga telur ayam ras yang sekarang ini mencapai Rp39.000 per papan, dengan isi 30 butir. Maka pemerintah harus memasoknya dari Sumatera Utara untuk menstabilkan kembali harga.

“Kemudian bawang merah, pernah Rp60.000-80.000 (per kilogram). Saya juga memasok dari Jawa Tengah, ongkos kami yang tanggung jadi mereka (pedagang) tidak bisa menjual harga mahal, alhamdulillah juga harga bawang merah sudah turun,” katanya.

Begitu juga dengan harga gula pasir, dinas selalu berkoordinasi dengan Bulog Divre Aceh agar harganya tidak naik, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu mencapai Rp18.000-20.000 per kilogram.

“Alhamdulillah sekarang juga kami menjualnya gula pasir Rp12 ribu (per kilogram), kalau di pasar Rp14-15 ribu (per kilogram), sudah mending, sudah turun semua,” katanya.

Menurut dia, yang menjadi persoalan Aceh saat ini dari sektor produksi tanaman pangan Aceh masih sangat kurang. Bahkan hasil produksi komoditas tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan Aceh.

Seperti di Kabupaten Bener Meriah, Gayo Lues, Pidie dan beberapa daerah lainnya yang memiliki lahan untuk produksi bawang merah, namun hasilnya masih belum cukup untuk kebutuhan masyarakat Tanah Rencong.

“Alhamdulillah ini Pidie lagi panen bawang merah juga, makanya sudah mulai stabil, juga kita masukkan dari luar. Enggak ada masalah, yang penting distribusi lancar kita bisa stabilkan harga,” katanya. (ANT)

Shares: