HeadlineNews

Respon IDI Aceh Pasar Tradisional Belum Terapkan Physical Distancing

Respon IDI Aceh Pasar Tradisional Belum Terapkan Physical Distancing
Seorang pembeli melihat-lihat cabai merah di Pasar Lambaro, Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (2/4/2020). (ANTARA/Zubaidah)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Pasar tradisional di Kota Banda Aceh belum menerapkan aturan physical distancing atau jaga jarak antara pedagang dengan pembeli. Hal ini seperti terlihat di Pasar Peunayong, Kota Banda Aceh, Selasa, 7 April 2020 siang.

Amatan popularitas.com, pasar tradisional Peunayong tampak lebih sepi dari biasanya, apalagi saat akhir pekan. Karena tak ramai, para pembeli dan pegadang masih bebas saat melakukan transaksi.

Baca: Warga Masih Bandel, Pemko Kewalahan Tertipkan Physical Distancing

Artinya, tidak terlihat adanya penumpukan pembeli, sehingga penerapan aturan jaga jarak antara keduanya juga belum terlihat. Selain itu, di pasar tradisional juga belum terlihat adanya wastafel atau sabun cuci tangan untuk para pembeli.

Menanggapi hal itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, Safrizal Rahman mengatakan, pemerintah seharusnya hadir dan memberikan pengertian kepada seluruh pihak terutama masyarakat tentang bahaya Covid-19.

“Barangkali semua pihak harus berupaya kembali untuk memberikan pengertian kepada seluruh pihak bahwa wabah dari Covid-19 ini di Aceh belum selesai, bahkan baru mulai kalau saya katakan ya. Artinya, kesigaan kita tidak boleh kendor,” kata Safrizal saat dihubungi popularitas.com, Selasa, 7 April 2020 tadi malam.

Di sisi lain, Safrizal mengatakan, seharusnya para pedagang harus memperhatikan soal kesehatan dan intruksi pemerintah soal physical distancing. Apabila ini diaggap sepele, dikhawatirkan memberi dampak buruk bagi mereka.

Terkait belum adanya wastafel atau sabun cuci tangan, Safrizal menilai pemerintah sejatinya sudah berusaha agar di semua tempat keramaian dipasang fasilitas tersebut.

Namun, katanya, saat ini pemerintah juga dihadapkan dengan kelangkaan fasilitas tersebut karena permintaan pasar cukup melonjak.

“Tidak mudah memang mendapatkan wastafel itu, karena permintaan wastafel dan sabun cuci tangan sangat banyak, membludak, susah mendapatkan barang itu,” jelas Safrizal.

Meski demikian, kata Safrizal, IDI Aceh tetap mendorong pemerintah untuk mencari solusi agar wastafel itu dipasang di tempat keramaian, seperti pasar dan warung kopi.

“Tetapi saya mendorong, pada saatnya dengan berbagai macam modifikasi, tempat-tempat cuci tangan, harus digalakkan, diperbanyak di mana-mana mengingat ini salah satu cara untuk memutus rantai penyebaran virus corona,” pungkasnya. [acl]

Reporter: Muhammad Fadhil

Shares: