EkonomiNews

Dosen Unsyiah Dukung Pernyataan Ketua Kadin Aceh

BANDA ACEH (popularitas.com) – Pengamat ekonomi, dan juga Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala, Rustam Effendi, mendukung pernyataan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, Makmur Budiman, yang menyebut jumlah penduduk Aceh yang kreatif hanya 1 persen saja.

“Saya pikir, apa yang disampaikan Ketua Kadin Aceh itu fakta, kebenaran, kenapa kita harus alergi,” katanya kepada media ini, Jumat, 9 Agustus 2019.

Rustam menerangkan, jika menilik hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui dari total 5,3 juta penduduk Aceh, terdapat 68,8 persen yang merupakan usia produktif, atau rentang umur 16-64 tahun.

Dari hasil survei tersebut terlihat bahwa, jumlah masyarakat Aceh usia produktif tidak kurang dari 3 juta jiwa. Lantas, jika ditarik angka 1 persen saja, artinya terdapat 30 ribu orang Aceh yang kreatif.

“Tiga puluh ribu itu jumlah yang relatif besar, kalau kita disribusikan ke 23 kabupaten, maka setiap daerah terdapat 1.500 orang yang kreatif,” katanya.

Makna kreatif, dalam pernyataan Makmur tersebut, kata Rustam, harus dipahami dalam kapasitasnya sebagai pengusaha, yaitu tentu menyinggung soal angka wirausaha, atau jumlah pengusaha yang produktif.

Sehingga, jika diambil angka 1 persen saja dari usia produktif masyarakat saat ini, di Aceh terdapat 30 ribu wirausaha, atau pengusaha yang dalam praktiknya menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. “Nah, lantas kita cek, apa benar di Aceh ini ada 30 ribu pengusaha,” tanya Rustam.

Dia menilai publik tidak perlu sentimen atau terbawa emosi atas pernyataan tersebut, sebab apa yang disampaikan Ketua Kadin Aceh adalah fakta. Dia kemudian mencontohkan Pulau Jawa atau Bali yang masyarakatnya dinilai kreatif serta sektor IKM dan UMKM sangat hidup. Di daerah tersebut beragam hasil kerajinan tangan dan industri hand made juga bergerak.

Dia kemudian membandingkan kondisi tersebut dengan Aceh, contohnya Sabang. Di kawasan wisata itu hanya terdapat kue sebagai oleh-oleh yang dapat dibawa wisatawan pulang. Sementara handy craft atau oleh-oleh khas lainnya tidak ada.

“Ini fakta, dan kita tidak boleh menutup mata,” tegasnya.

Belum lagi banyaknya lahan tidur seperti yang dapat dilihat di hampir sepanjang jalan lintas timur atau lintas barat Aceh. Dia menyebutkan begitu luas tanah tidak produktif dan kurang dimanfaatkan untuk menghasilkan beraneka ragam produk pertanian.

“Nah lantas, saat dibilang hanya 1 persen masyarakat Aceh yang kreatif kita marah, tapi faktanya memang seperti itu,” tandasnya.

Dia mengatakan contoh tersebut merupakan fakta yang dapat dilihat langsung dari sisi mikro ekonomi. Jika mau jujur, kata Rustam, dengan membaca angka-angka makro ekonomi, maka apa yang disampaikan Ketua Kadin itu adalah kebenaran. Dia kemudian mencontohkan fakta lain yang dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, yang masih berada pada angka 4 persen. Menurutnya sektor ekonomi produktif kurang memberikan kontribusi pada perekomomian Aceh.

“Ayolah, kita berpikir objektif, bahwa apa yang disampaikan seseorang sebagai suatu kritik harus dapat kita terima sebagai pelecut semangat untuk berbenah lebih baik,” tandasnya. (SKY)

Shares: