News

HIPAKAD Aceh Sebut Wacana Referendum Ganggu Perdamaian

Ketua HIPAKAD Aceh, Muhammad Iqbal

BANDA ACEH (popularitas.com) – Wacana referendum yang dilontarkan Muzakir Manaf, mantan Panglima GAM dinilai sangat mengusik dan menggangu perdamaian yang sudah tercipta di Aceh. Kerangka Perdamaian yang ditandatangani 15 Agustus 2015, sudah final Aceh damai dalam bingkai Negara Kersatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Wacana referendum itu sangat menggangu perdamaian di Aceh,” kata Ketua Dewan Pimpinan daerah (DPD) Himpunan Putra Putri Angkatan Darat (HIPAKAD) provinsi Aceh, Muhammad Iqbal kepada popularitas.com, Senin, 3 Juni 2019 menanggapi perihal wacana referendum yang disampaikan Mualem atau Muzakir Manaf beberapa waktu lalu.

Baca: “Pingpong” Isu Referendum Di Aceh

Ia menegaskan, kesepakatan politik dalam kerangka perdamaian Aceh, tang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 silam, adalah sudah final, bahwa Aceh, damai dalam bingkai NKRI, sehingga gagasan dan wacana tentang referendum bagi Aceh, dapat dikategorikan upaya makar terhadap NKRI.

“Ayolah, berpikir dan berkontribusi mengisi perdamaian ini,” tukas Iqbal.

Lagipula, sebut Iqbal, selama kurun waktu 15 tahun perdamaian Aceh, dan dalam periode itu juga hampir seluruh struktur politik dan pemerintahan di Aceh, dipegang oleh mantan kombatan, namun, tidak menjawab akar persoalan di provinsi ini, yakni masalah kemiskinan dan kesejahteraan rakyat.

Jadi, sambung Iqbal, jangan karena gagal dalam mensejahterakan rakyat, kemudian melempar kesalahan itu kepada pemerintah pusat, dan kemudian mengusung wacana referendum. “Wacana tersebut sangat tidak bijak disampaikan oleh Mualem,” katanya.

Karena itu, Iqbal mengajak semua pihak, untuk berfikir arif, bahwa persoalan utama yang terjadi di Aceh, bukan soal merdeka atau bergabung dalam NKRI, tapi masalah yang ada hanyalah kegagalan GAM dalam mensejahterakan rakyat, dan itu fakta, tegasnya.

Untuk itu, wacana referendum harus dibuang jauh dari pikiran semua orang, sebab, selain sangat menggangu dalam permasalahn disintegrasi bangsa, hal itu juga terkesan bahwa kita tidak mau introspeksi atas kekurangan diri sendiri.

“Sebaiknya kita introspeksi diri dahulu  apa yang sudah kita perbuat selama ini,” terang Iqbal. (SKY)

Shares: