FeatureNews

Muslahuddin Daud : Saya korban

Muslahuddin Daud : Saya korban
Muslahuddin Daud saat di Kantor Redaksi popularitas.com, Senin (15/5/2023). FOTO : popularitas.com/Hendro Saky

POPULARITAS.COM – Sore itu, Senin (15/5/2023), telponku berdering, dan satu nama muncul di layar iPhone 7 jadul milikku, ya saat itu Muslahuddin Daud, Ketua PDI Perjuangan Aceh itu menghubungi dan menanyakan perihal keberadaanku. Dikantor bang, jawabku usai menerima panggilan darinya.

Saya kekantor yah, ada hal-hal yang perlu kita bincangkan, ada kopi, tanyanya, kalau gak ada abang bawa kopi ya. Kita diskusi sambil minum kopi, ujarnya renyah.

Tiga puluh menit sejak panggilan telpon, akhirnya Muslahuddin Daud tiba di kantor redaksi popularitas.com, Ia pun membuka bungkus kopi yang Ia bawa. Minum kopi dulu kita, katanya.

Sambil minum kopi, mulailah Ia bercerita, dari yang awalnya dia begitu semangat dan suara yang lantang berkisah tentang berbagai kehidupan yang Ia lalui, hingga kerja-kerja politik yang saat ini sedang Ia lakukan bersama PDI Perjuangan.

Namun, tiba-tiba Ia berhenti, suaranya sedikit serak dan bulir-bulir air mata jatuh dari sudut matanya. “Gara-gara kasus kemarin, nama baik saya dan keluarga besar berantakan,” ucapnya dengan suara parau.

Demi Allah, katanya dengan suara datar, satu rupiah pun saya tidak tidak ada mengambil uang dari pihak yang melaporkan itu, ujarnya lagi. Semua uang yang dititipkan ke saya, itu semua dikirimkan ke oknum di Jakarta itu, katanya dengan mata memerah menahan tangis.

Saya ini korban, sejurus kemudian Muslahuddin melanjutkan ceritanya. Sebenarnya, dia tidak mengenal secara pribadi pelapor itu, sebab diperkenalkan oleh teman Abang. Nah, saat itu kita diskusi dan berniat ingin membantu. “Jadi saat itu, niat saya tulus dan ikhlas untuk menolong saja,” paparnya.

Ini semua akibat Abang terlalu mudah percaya terhadap oknum sahabat saya di Jakarta yang mengaku bisa mengurus perkara itu. Dampaknya jadi sangat luar biasa dan benar-benar mencoreng nama baik saya, yang selama ini dikenal kawan-kawan punya rekam jejak dan integritas yang baik.

Tapi itulah, katanya lagi, kelemahan saya ini mudah percaya sama orang dan sangat lemah, sehingga mudah dipermainkan pihak lain. 

Sejak kecil saya mengenyam pendidikan di dayah, dikenal keluarga besar sebagai pribadi yang jujur. Karna itu, keluarga besar tidak percaya atas informasi bahwa saya melakukan perbuatan itu.

Boleh cek keluarga saya silahkan tanya kepada saudara-saudara tentang pribadi Muslahuddin Daud, begitu juga dengan orang-orang di kampung saya. Silahkan tanya, apa benar kalau saya itu penipu, pembohong, coba cek, ucapnya.

Sejenak Muslahuddin Daud menghentikan ceritanya, Ia menyeruput sisa kopi yang sepertinya sudah dingin. Kemudian dia mengambil telepon genggamnya. Hape ini lebih sering saya matikan, gak sanggup kita terima ribuan pertanyaan dari kolega, sahabat dan kawan-kawan yang selama ini mengenal pribadi saya dengan baik, paparnya.

Dulu, sebelum memutuskan terjun ke politik, kata Muslahuddin lagi, dirinya mengaku berkerja di Bank Dunia dengan gaji yang lumayan. Saat itu, sambungnya, Ia miliki binaan 17 ribu petani. Nah, boleh tanya kepada mereka tentang siapa saya, apa pernah saya mengambil uang dari mereka atau melakukan kutipan-kutipan atas bantuan yang saya salurkan berbagai pihak terhadap para petani itu.

Dalam setiap bekerja di lembaga apapun, kejujuran, keikhlasan adalah prinsip hidup yang saya terapkan. Karnanya, terkait dengan kasus yang menimpa saya itu, murni tidak ada sama sekali niatan untuk menipu. “Dalam kasus ini, saya juga jadi korban” ucapnya lagi.

Untuk menyelesaikan kasus ini, demi menjaga baik keluarga saya terpaksa harus menjual mobil, emas istri, dan juga meminjam uang dari sanak saudara.

Yah itu faktanya, karna memang saya tidak mengambil satu rupiah pun uang dari pelapor itu. Sebab, demi Allah, uang yang diberikan saya kirimkan ke oknum di Jakarta itu.

Tapi gak apa-apalah korban harta, saya anggap saja itu sebagai pembelajaran hidup, agar kedepannya bisa lebih hati-hati dalam berteman dan juga menyikapi sebuah persoalan.

Yang berat bagi saya saat ini memulihkan kepercayaan diri saya, sebab sungguh masalah ini telah membuat saya drop secara psikis, dan ini memerlukan waktu yang lama untuk memulihkannya. “Uang bisa di cari, tapi nama baik itu sulit untuk dikembalikan. Tapi, InsyaaAllah kawan-kawan yang mengenal pribadi saya, pasti tidak percaya atas peristiwa yang saya alami,” ungkapnya.

Sepakat Berdamai

Senin, 15 Mai 2023, Muslahuddin dan Nazwir Riadi, pihak yang melaporkan dirinya telah bersepakat berdamai. Perdamaian antara kedua belah pihak berlangsung di Polda Aceh, dengan disaksikan sejumlah penyidik dari kepolisian daerah itu.

Nazwir Riadi cabut laporan terkait Muslahuddin Daud di Polda Aceh
Foto bersama antara Nazwir Riadi dan Muslahuddin Daud usai berdamai di Polda Aceh. Dalam proses perdamaian itu di saksikan sejumlah penyidik Ditkrimum Polda Aceh. FOTO : Dok untuk ppopularitas.com

Dalam kesepakatan itu, kedua belah pihak setuju menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan. Kemudian pelaporn juga akan mencabut laporan yang pernah Ia buat di Polda Aceh.

Pernyataan damai itu sendiri, disampaikan langsung oleh Nazwir Riadi dalam keterangannya kepada popularitas.com, Senin (15/5/2023). “Iya bang, kita sudah berdamai dan laporan polisi sudah di cabut,” terangnya.

Terkait dengan persoalan lainnya, maka hal tersebut sudah dicapai kata mufakat untuk diselesaikan secara kekeluargaan, tukasnya.

Muslahuddin Daud minta maaf

Kembali kepada Muslahuddin Daud, lelaki itu meminta kepada media ini, untuk menyampaikan permintaan maafnya kepada keluarga besar, kepada kawan-kawannya, dan juga rekan-rekan di PDI Perjuangan.

Ia mengakui, bagaimanapun, persoalan yang menimpan dirinya secara pribadi, telah ikut menyeret keluarga besarnya dan juga rekan-rekan di partai. “Dengan kerendahan hati dan ungkapan yang tulus, saya mohon dimaafkan ya,” katanya.

Selanjutnya, ucapnya lagi, Muslahuddin juga menyampaikan pesan kepada seluruh sahabat-sahabat dan koleganya bahwa, dirinya masih seperti yang dulu, tidak berubah sama sekali. Masih tetap seperti yang mereka kenal dahulu.

Tanpa terasa, kopi yang kami minum habis begitu juga makanan yang tadi di pesan dari warung sebelah. Lebih dari dua jam kami bercerita. Akhirnya Ia minta izin pulang.

Shares: