POPULARITAS.COM – Teuku Malvino (41), Rabu (29/11/2023) datangi kantor redaksi popularitas.com, lelaki yang sehari-sehari bekerja sebagai ASN itu, hadir sebagai narasumber PODCAST #hendrosakybicara-HaSbi.
Bersama Teuku Malvino, PODCAST HaSbi juga hadirkan dr Muhammad Yusuf, SpB KBD. Dipandu host Hendro Saky, Pemred popularitas.com, tema perbicangan saat itu membahas perihal kanker dan pentingnya deteksi dini untuk cegah kematian akibat penyakit tersebut.
Teuku Malvino sendiri, pada 2019 di vonis penyakit kanker stadium 3 oleh dokter. Ia harus merogoh kocek hingga miliar rupiah untuk bisa sembuh. Bahkan, Ia harus jalani perobatan di Malaysia.
Ia menceritakan bahwa, awalnya Ia tak menyadari terkena kanker usus. Gejala yang dia alami ketika buang air besar kerap berdarah. Bahkan, berat badannya turun dari 85 kilogram menjadi 50 kilogram.
Hasil pemeriksaan awal, dirinya dideteksi menderita penyakit kanker usus dan harus segera di Operasi. “Saya jalani operasi di salah satu rumah sakit di Malaysia,” terangnya.
Usai jalani operasi, dirinya juga wajib melakukan kemoterapi dan radiasi, dan proses peyembuhan itu dilakukan selama berbulan-bulan. Selama jalani perobatan, Teuku Malvino tak lupa berdoa dan yakin bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya.
Menurutnya, kunci keberhasilan dirinya sembuh dari penyakit kanker adalah keyakinan pada Allah, ikhtiar dan doa yang tak pernah putus.
Selain itu juga, dukungan keluarga sangat penting bagi usaha-usaha dirinya untuk sembuh. Pengobatan alternatif juga dia lakukan, yakni meminum air rebusan kayu bajakah.
“Semua upaya saya lakukan, baik medis maupun pengobatan alternatif,” tukasnya.
Dia menjelaskan, dari keterangan dokter, kemungkinan dirinya terkena penyakit kanker adalah pola makan yang kurang tepat. Ia mengakui bahwa, sebelum di vonis kanker stadium tiga, dirinya kerap makan mie instan dan minuman bersoda. Ternyata, efeknya bisa sebabkan kanker usus.
“Alhamdulillah, saat ini hasil pemeriksaan dokter, sudah tidak ada lagi sel kanker dan sudah dinyatakan sembuh,” ujarnya.
Ia juga berpesan kepada para penyintas kanker lainnya, yang saat ini tengah berjuang untuk sembuh agar tidak putus asa. Sebab, pertolongan Allah itu nyata. Ikhlas menerima cobaan dan teruslah berusaha untuk berobat sampai sembuh, tambahnya.
Sementara itu, dr Muhammad Yusuf mengatakan, dalam beberapa kasus kanker stadium akhir atau stadium empat, penyakit kanker sudah ganas dan telah menyerang banyak organ lain. “Kalau bahasa medisnya sudah terjadi metastase atau sel-sel kanker sudah menyebar dan menyerang organ lainnya,” terangnya.
Dia menambahkan, untuk mencegah kematian akibat kanker, penting dilakukan skrening dan deteksi dini. Memang, dalam kasus-kasus tertentu, seperti kanker hati atau kanker usus, sesorang tidak bisa melihat secara fisik dampaknya. Namun, gelaja pasti muncul.
Nah, karna itu, jangan sampai sudah parah atau sudah stadium 4 baru ke dokter. Biasanya dalam kasus-kasus seperti ini penanganannya sangat sulit dilakukan. Kebanyakan dalam kasus seperti itu, pasien sudah tidak bisa disembuhkan dan sulit tertolong.
Lebih lanjut dia menjelaskan, dalam kasus-kasus kanker stadium awal, biasanya pengobatan dengan cara operasi sudah bisa disembuhkan.
Tahapan penyembuhan kanker itu bisa lewat operasi, kemoterapi dan radiasi. Jika penyakit kanker masih fase awal, penangangan dan penyembuhannya lebih mudah dilakukan. Tapi juga sudah sel kankernya metastase, ini yang sulit disembuhkan.
Kanker bisa menyerang siapa saja, tidak pandang usia ataupun golongan. Bahkan, beberapa kasus yang Ia jumpai, justru banyak anak-anak muda yang saat ini sudah terkena kanker.
Jika terserang kanker masih tahap awal, biaya penyembuhan dan pengobatannya masih murah. Tapi, jika sudah stadium akhir, hal ini butuh biaya besar.
Untuk itu, Ia menyarakan kepada semua orang, untuk melakukan screening test atau pemeriksaan di laboratorium dan mendatangi dokter ahli guna memastikan ada atau tidaknya sel kanker yang berpotensi jadi ganas. “Deteksi dini jauh lebih baik daripada nanti mengobati jika sudah terinfeksi sel kanker. Biayanya jauh lebih mahal,” pungkasnya.
Editor : Muhammad Fadhil