HeadlineNews

Plt Gubernur: Surplus Gabah Aceh Capai 1,3 Juta Ton Tiap Tahun

Pemerintah Aceh antisipasi krisis pangan
Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah meresmikan penanaman perdana cluster padi IP300 di Indrapuri, Aceh Besar. (Humas Aceh)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menyebutkan luas pertanian sawah di Aceh mencapai 295 ribu hektar. Sementara jumlah produksi padi berkisar 2,5 juta ton per tahunnya. Jumlah produksi ini melebihi konsumsi gabah di Aceh yang memiliki 5,2 juta jiwa dengan kebutuhan rata-rata 1,2 juta ton per tahunnya.

“Artinya, setiap tahun Aceh surplus gabah hingga 1,3 juta ton. Gabah ini kami kontribusikan untuk memenuhi ketersediaan pangan di wilayah Indonesia lainnya,” ujar Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, saat meresmikan penanaman perdana percontohan cluster padi IP300 di Gampong Lam Ilie, Indrapuri, Aceh Besar, Selasa, 23 April 2019.

Hadir dalam penanaman perdana ini Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur, Prof Dr Deddi Nursamsi, yang mewakili Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Selain itu, dalam kesempatan tersebut ikut mendampingi Plt Gubernur seperti unsur pimpinan DPRA, para Rektor di Aceh, Bupati Aceh Besar, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, serta pimpinan SKPA terkait.

Hadir pula Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh Besar, para akademisi, penyuluh, serta perwakilan kelompok tani.

Baca: Indrapuri Lokasi Penanaman Perdana Percontohan Cluster Padi IP300

Kendati Aceh mengalami surplus gabah tiap tahunnya, tetapi tidak membuat Pemerintah Aceh tenang. Hal ini disebabkan tingginya tingkat konversi lahan sawah yang menjadi pemukiman dari tahun ke tahun justru terjadi di Aceh.

“Kami khawatir produksi gabah Aceh akan menurun pada tahun-tahun mendatang. Apalagi data Kementerian Agraria/Badan Pertanahan Nasional menyebutkan luas sawah di Aceh mengalami penurunan dalam dua terakhir menjadi 193 ribu hektar,” kata Nova lagi.

Dia menyebutkan penurunan ini harus diantisipasi sejak dini agar status Aceh sebagai sumber pangan nasional tetap dapat dipertahankan.

Lebih lanjut, Nova mengatakan, tingginya tingkat alih fungsi lahan ini memaksa Pemerintah Aceh mewacanakan kebijakan baru untuk mempertahankan luas areal sawah yang ada di daerah ini. Bersamaan dengan itu, kata Nova, Pemerintah Aceh juga menyiapkan program untuk cetak sawah baru bekerja sama dengan kelompok tani dan sejumlah lembaga lainnya.

“Pemberdayaan dan pelatihan petani juga kita tingkatkan agar produktivitas sawah yang saat ini rata-rata 5,4 ton per hektar meningkat menjadi 6 ton per hektar,” ujar Nova.

Dia mengatakan salah satu pemberdayaan yang dilakukan adalah melalui pemanfaatan alat pertanian, yang dipadu dengan industri pengolahan berbasis siber-fisik atau 4.0. Hal ini seperti diterapkan Pemerintah Aceh di Kabupaten Aceh Besar ini.

“Proyek percontohan ini kita sebut Cluster Padi IP 300, dengan areal uji coba di atas lahan seluas 500 hektar,” tambah Nova.

Program yang dilaksanakan di kabupaten Aceh Besar ini merupakan kegiatan perdana sebagai pilot project yang dikelola oleh kelembagaan ekonomi petani. Kegiatan tersebut disebutkan mendapat dukungan teknologi budidaya dan sarana produksi, mekanisasi dan industri pengolahan sebagai upaya menumbuhkan minat petani milenial yang pendanaannya didukung dari sumber dana APBA dan APBN. Tak hanya itu, program cluster padi IP300 tersebut turut melibatkan 1.876 KK petani.

“Kami tentu berharap kegiatan ini berjalan sukses, sehingga pada tahun berikutnya, program ini dapat diperluas di wilayah lain,” kata Nova.

Plt Gubernur Aceh berharap Menteri Pertanian turut mendukung program pencetakan lahan sawah baru di Aceh, sehingga ekstensifikasi pertanian sawah berjalan lancar.

Pemerintah Aceh tak hanya menaruh perhatian di sektor pertanian saja. Nova menyebutkan, pihaknya juga memberikan perhatian besar untuk sektor perkebunan Aceh.

“Salah satu langkah yang kami lakukan saat ini adalah mendukung upaya petani untuk melakukan peremajaan lahan sawit yang sudah tua, dan juga replanting dan perluasan areal tanaman kopi Arabica Gayo,” katanya.

Dia mencontohkan sepanjang tahun lalu Aceh berhasil melakukan replanting di atas lahan 3.009 hektar atau setara Rp75 miliar. Sementara tahun ini. Pemerintah Aceh menargetkan replanting dapat dilakukan di atas lahan 15.259 hektar.

“Sementara untuk bidang peternakan, kami juga sedang giat-giatnya menjalankan program sapi indukan wajib bunting. Dengan program itu, spesies sapi Aceh akan dapat
dilestarikan, dan konsumsi masyarakat terhadap daging sapi dapat dipenuhi,” katanya.

Di akhir sambutan, Nova berharap penanaman perdana cluster padi IP 300 ini menjadi semangat baru untuk kebangkitan pertanian Aceh, “sehingga kelak bisa menjadi leading sektor dalam mendukung program ketahanan pangan nasional.”*(BNA)

Shares: