FeatureHeadline

Robohnya Rumoh Geudong di Pidie

Robohnya Rumoh Geudong
Rumoh Geudong tempo dulu. FOTO : Museum HAM Lorong Ingatan/LAN

POPULARITAS.COM – Rumoh Geudong, dulunya saat Aceh masih diberlakukan sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) era 1989-1998 merupakan markas pos satuan taktis dan strategis (Pos Sattis) di Pidie.

Di era itu, bangunan rumah besar yang berdiri di areal lahan seluar 7 ribu meter persegi, kerap digunakan TNI untuk melakukan penyiksaan bahkan, puluhan warga Aceh tak, tak lagi kembali ke rumah, hilang tak diketahui rimbanya usai di bawa ke tempat itu.

Terletak di Gampong Bili, Kabupaten Pidie, Rumoh Geudong dahulunya dibangun pada 1818 oleh Ampon Raja Lamkuta. Saat era kolonialisme, bangunan itu kerap dijadikan markas pengatur strategis melawan Belanda.

Setelah Raja Lamkuta wafat, Rumah Geudong dipakai adiknya, Teuku Cut Ahmad, kemudian Teuku Keujren Rahmad, Teuku Keujren Husein, dan Teuku Keujren Gade. Lalu, ketika pemerintah Indonesia berlakukan DOM di Aceh,  pada April 1990, Rumah Geudong sementara ditempati oleh tentara tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Rumoh Geudong yang ditempati pasukan elit TNI itu, di kala itu berubah jadi rumah jagal dan pembantaian warga yang diculik dan dituduh sebagai GAM, atau aliansi Gerakan Aceh Merdeka.

Tidak ada catatan pasti mengenai jumlah korban yang dibantai di tempat itu. Bahkan, Kordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), semestinya yang ditetapkan sebagai korban pelanggaran HAM berat di Rumoh Geudong tidak sebatas 58 orang semata.

Sebab, masih ada korban-korban lain yang belum tercatat. Karna, di lokasi itu, tidak hanya warga Pidie saja yang di culik dan disika, tapi dari berbagai penjur Aceh. Pemberlakuan DOM sejak 1989-1998 memungkin banyak korban dari daerah lain di bawa ke Rumoh Geudong, ujarnya.

Kenangan warga Pidie tentang Rumoh Geudong

Tampak salah seorang perempuan di lokasi Rumoh Geudong. Ia melihat dan menyaksikan alat-alat berat dan lalu lalang truk yang bergerak meratakan lokasi acara pada 27 Juni 2023 mendatang.

Ditemui popularitas.com, perempuan itu punya kisah sendiri tentang bangunan Rumoh Geudong. “Dulu, setiap malam di tempat ini kerap di hidupkan suara musik dan terdengar sangat keras,” ungkapnya.

Saat DOM dulu, lanjut perempuan itu, banyak laki-laki dari berbagai desa di Pidie bergilir jaga malam di sini. Suami saya sendiri, sambungnya, pernah di bawa ketempat ini untuk ronda, kata perempuan itu yang enggan menyebutkan namanya.

Syarbaini mantan Keuchik Gampong Baro, Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie, dan kini telah menjadi Kabupaten Pidie Jaya usai dimekarkan tahun 2007 silam mempunyai kenangan tersendiri tentang Rumoh Geudong itu. Dia yang menjabat sebagai Keuchik Baroh Lancok sekira awal tahun 1996.

“Saat saya masih Keuchik saat ini ada dua warga Baroh Lancok yang baru pulang dari Malaysia dipanggil untuk menghadap Rumoh Geudong. Yang di panggil itu si A Kadir dan Ibrahim,” kata Syarbaini.

Mengetahui warga disuruh menghadap ke Rumoh Geudong Syarbaini memutuskan untuk mendampingi langsung kedua warganya itu.

“Saat itu saya memutuskan untuk mendampingi mereka. Tujuan saya agar mereka berdua bisa pulang bersama saya,” ungkap Syarbaini.

Ujarnya, bertigapun akhirnya berangkat sekira pukul 09.00 WIB. Begitu sampai di Rumoh Geudong, A Kadir dan Ibrahim diperiksa oleh Kopasus.

“Sore hari sekira pukul 14.00 WIB usai mereka selesai diperiksa baru kami kembali,” ungkapnya.

Dibakar masyarakat

Dua minggu usai pengumuman pencabutan DOM oleh Presiden BJ Habibi yang secara resmi disampaikan oleh Jendral TNI Wiranto, Rumoh Geudong di bakar massa. Tepatnya 20 Agustus 1998, bangunan yang menjadi saksi bisu penghilangan orang secara paksa itupun rata dengan tanah, yang tersisa, hanya puing dan reruntuhan yang tak dapat di lalap api.

Kini, sisa puing Rumoh Geudong pun telah diratakan menjadi tanah. Satu-satunya bukti sejarah, hanya undakan tangga yang sengaja tak dihancurkan. 

Undakan atau tanggai di Rumoh Geudong, satu-satu puing yang tersisa. FOTO : popularitas.com/Nurzahri

Perataan dan penghancuran lokasi tersebut, karna di tempat itu akan didatangi Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 27 Juni 2023. 

popularitas.com yang mendatangi lokasi Rumoh Geudong, Kamis (22/6/2023), terlihat lalu lalang truk pengangkut material dan beberapa alat berat jenis eskavator dan buldozer meratakan tempat itu.

Kini, lokasi itu telah bersih dan rata. Yang Tampak justru bebatuan kerikil yang memenuhi sebagian besar areal Rumoh Geudong. Tampak juga tenda-tenda di pasang, serta ribuan kursi, sound sistem serta perangkat lainnya telah di siapkan, sambut kedatangan Presiden RI Joko Widodo.

Presiden RI Joko Widodo yang akan hadir di lokasi Rumoh Geudong, guna meluncurkan porgram penyelesaian pelanggaran HAM berat non-yudisial. Di acara itu nanti, ahli waris dari korban kekerasan negara pada masa lampau, akan mendapatkan kompensasi.

Penjelasan pemerintah tentang pembongkaran Rumoh Geudong

Undakan atau tangga di bekas tapak Rumoh Geudong memang sengaja ditinggalkan, kata Pj Bupati Pidie Wahyudi Adi Siswanto kepada Popularitas.com, Kamis (27/6/2023).

Dikatakannya, nantinya saat peluncururan penyelesaian perkara pelanggaran HAM berat non-yudisial, Presiden RI Joko Widodo direncanakan akan berdiri diatas tangga itu.

Sekda Aceh Bustami, saat memantau persiapan kedatangan Presiden RI Joko Widodo di lokasi Rumoh Geudong, Kamis (22/6/2023). FOTO : popularitas.com/Nurzahri

Tujuan perataan dan pembongkaran Rumoh Geudong, kata Pj Bupati, sebab nantinya di lokasi ini akan di bangun Masjid oleh Kementrian PUPR. Lahannya sudah dibebaskan oleh pemerintah Pidie, walau saat itu prosesnya alot, namun akhirnya ahli waris bersedia memberikan lahannya untuk negara.

Perobohan Rumoh Geudong, ujarnya lagi, sebagai langkah pemerintah mencegah kekerasan serupa terulang di masa lalu. Sebab, jika sisa bangunan ini dibiarkan, maka yang ada hanya memori dan kenangan buruk yang timbulkan luka lama.

Jadi kita tidak menghendaki peristiwa serupa bisa terulang lagi di masa depan, dan hal-hal kesalahan pada masa lalu, harus dilupakan dan saatnya menatap masa depan yang lebih baik, kata Pj Bupati.

Cuaca siang itu sangat terik, matahari begitu garang memancarkan sinarnya. Tapi, sejumlah anak-anak tampak riang bermain sepeda di bekas lahan Rumoh Geudong yang sudah rata dengan tanah. Yang pasti, mereka tidak pernah tau, bahwa, di lokasi itu, pernah terjadi sejarah kelam bagi masyarakat Aceh saat masih berstatus DOM.

Editor : Hendro Saky

Shares: