News

MPBI sesalkan warga Aceh tolak imigran Rohingya

MPBI sesalkan warga Aceh tolak imigran Rohingya
Warga berunjuk rasa menolak keberadaan imigran Rohingya di gedung eks Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Aceh, Kamis (8/12/2022). ANTARA/Dedy Syahputra

POPULARITAS.COM – Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), sesalkan sikap masyarakat Aceh yang menolak imigran Rohingya. Hal tersebut ditambah lagi dengan adanya aksi mahasiswa yang mengusir paksa etnis tersebut dari lokasi penampungan sementara pada tanggal 27 Desember 2023 lalu.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum MPBI, Avianto Amri, dalam keterangannya kepada popularitas.com, Kamis (4/1/2024) di Jakarta.

“Sungguh, aksi penolakan dan pengusiran imigran Rohingya itu sangat kami sesalkan,” katanya.

Menurutnya, peristiwa tersebut menambah kompleksitas masalah dan memperburuk risiko terabaikannya hak asasi pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan di Indonesia.

Dia menyebutkan, di media sosial, narasi kebencian dan penyebaran hoaks, terkait isu pengungsi Rohingya juga terus meningkat. Hal itu menjadikan masalah dan memperburuk situasi penangangan para imigran tersebut.

“Tidak ada orang yang sengaja memilih meninggalkan tanah kediamannya untuk menjadi pengungsi,” ujarnya.

Keadaan di negara asalnya Myanmar, memaksa Rohingya untuk pergi menyelamatkan diri dari kekejaman dan ancaman pembunuhan komunal ketika pemerintahnya dipandang tidak mampu atau tidak mau memberikan perlindungan.

Mereka terpaksa mencari perlindungan di negara-negara sekitarnya, termasuk Indonesia. Sebagaimana layaknya komunitas pengungsi lain, pelarian Rohingya dinilai penuh kesulitan dan bahaya termasuk situasi perdagangan orang.

MPBI menyadari bahwa Indonesia tidak termasuk negara penandatangan Konvensi PBB tentang Status Pengungsi tahun 1951, sambungnya.

Namun, pihaknya merasa bangga bahwa negara Indonesia selalu mengutamakan prinsip perikemanusiaan dan hal penanganan pengungsi. Hal tersebut dapat kit alihat saat ratusan ribu pelarian pengungsi Indochina yang memasuki kepulauan Riau pada dekade 80-90.

Begitu juga dengan pengungsi timur tengah dan Asia Barat, serta hampir 250 ribu pengungsi dari Timor-Timur pada awal tahun 2000 silam, paparnya.

Karna itu, kita berharap, persoalan penangangan pengungsi Rohingya dapat diselesaikan dengan baik, terutama masyarakat setempat bisa memahami kondisi psikologis etnis tersebut yang memaksa mereka keluar dari negaranya, demikian Avianto Amri.

Shares: